Hal ini seringkali menjadi pertanyaan bahkan
tidak jarang menjadi polemik dalam keluarga. Namun, bagi beberapa keluarga
mungkin hal itu menjadi pilihan yang mudah berdasarkan agama, kepercayaan,
budaya dan adat istiadat.
Sunat
pada bayi laki-laki yang baru lahir memungkinkan untuk dilakukan, tetapi
membutuhkan prosedur yang lebih kompleks. Yuk, simak penjelasan berikut ini
sebelum Bunda mengambil keputusan untuk menyunat Si Jagoan Kecil.
Sunat yaitu operasi pembuangan kulup atau kulit
yang menutupi ujung penis. Sunat merupakan praktik yang umum dilakukan karena
faktor agama maupun tradisi. Sementara dari segi medis, sunat dianggap memiliki
manfaat, namun juga memiliki risiko terutama jika dilakukan pada bayi.
Khitan atau
dalam bahasa medis dikenal sebagai sirkumsisi, dilakukan dengan memotong
sebagian kulit yang menutupi alat kelamin pria. Namun dalam dunia kesehatan,
memangkas sebagian kulit kelamin ini juga dianjurkan karena memiliki banyak
manfaat.
Dokter spesialis bedah saraf Mahdian Nur Nasution ( Founder Mahdian Klemp / Owner Rumah Sunatan) mengatakan, "Seharusnya anak laki-laki disunat sebelum usianya 6 bulan.”
Mengapa bayi justru waktu ideal untuk disunat? Menurut dr. Mahdian, sunat sejak usia dini memiliki berbagai keunggulan. Pertama, pada bayi luka akan cepat sembuh dengan sendirinya. Hal ini karena pada usia tersebut bayi mengalami pertumbuhan dan peningkatan hormon secara cepat.
Keuntungan kedua adalah untuk menghindari trauma pada anak. dr.Mahdian menjelaskan sunat yang dilakukan pada anak usia SD biasanya meninggalkan trauma yang sulit dihilangkan hingga dewasa. Apalagi saat sunat terjadi pendarahan atau proses yang tidak berjalan sesuai keinginan. Sebaliknya, pada usia di bawah 6 bulan anak justru masih belum memiliki kesadaran.
Dokter spesialis bedah saraf Mahdian Nur Nasution ( Founder Mahdian Klemp / Owner Rumah Sunatan) mengatakan, "Seharusnya anak laki-laki disunat sebelum usianya 6 bulan.”
Mengapa bayi justru waktu ideal untuk disunat? Menurut dr. Mahdian, sunat sejak usia dini memiliki berbagai keunggulan. Pertama, pada bayi luka akan cepat sembuh dengan sendirinya. Hal ini karena pada usia tersebut bayi mengalami pertumbuhan dan peningkatan hormon secara cepat.
Keuntungan kedua adalah untuk menghindari trauma pada anak. dr.Mahdian menjelaskan sunat yang dilakukan pada anak usia SD biasanya meninggalkan trauma yang sulit dihilangkan hingga dewasa. Apalagi saat sunat terjadi pendarahan atau proses yang tidak berjalan sesuai keinginan. Sebaliknya, pada usia di bawah 6 bulan anak justru masih belum memiliki kesadaran.
Keuntungan ketiga mencegah
masalah penis, terkadang kulup pada penis yang tidak disunat bisa menjadi sulit atau tidak
memungkinkan untuk ditarik ke atas (phimosis). Kondisi ini bisa memicu
peradangan pada kulup
Keuntungan
keempat menurunkan resiko penyakit termasuk resiko terkena infeksi saluran kemih (ISK), infeksi
menular seksual dan kanker penis. ISK pada laki-laki lebih umum terjadi pada
mereka yang tidak disunat. Jika infeksi parah pada bayi tidak ditangani dengan
tepat, dapat memicu masalah ginjal nantinya. Infeksi menular seksual dapat diturunkan risikonya
dengan prosedur sunat, termasuk HIV. Namun, bukan berarti bisa bebas melakukan
hubungan seks sembarangan. Perilaku seks yang aman dan sehat tetap diperlukan.
Secara umum, kanker penis jarang terjadi, namun
kemungkinan terjadinya menjadi lebih besar pada penis yang tidak disunat.
Selain itu, nantinya perempuan yang
menjadi pasangan seksual dari laki-laki yang disunat lebih
berkemungkinan untuk terhindar dari kanker serviks.
Keuntungan kelima pada anak dengan usia di bawah 6
bulan, biasanya juga masih belum bisa tengkurap. Hal ini justru akan
menguntungkan karena alat kelaminnya tidak tergesek. Kendati demikian, sunat
pada bayi sebaiknya dilakukan pada tenaga profesional yang memang sudah
terbiasa melakukan sunat pada bayi.
dr Mahdian menuturkan perkembangan teknologi saat ini sudah membuat sunat sangat aman bahkan bagi bayi sekalipun. Salah satu teknik yang diunggulkan adalah teknik klem. “Dengan teknik ini tidak terjadi pendarahan dan tidak perlu dijahit. Anak-anak juga bisa langsung beraktivitas,”tuturnya.
Risiko Sunat yang Menyertai
dr Mahdian menuturkan perkembangan teknologi saat ini sudah membuat sunat sangat aman bahkan bagi bayi sekalipun. Salah satu teknik yang diunggulkan adalah teknik klem. “Dengan teknik ini tidak terjadi pendarahan dan tidak perlu dijahit. Anak-anak juga bisa langsung beraktivitas,”tuturnya.
Risiko Sunat yang Menyertai
Risiko sunat
tergolong rendah. Tingkat komplikasi sunat sekitar 0,1-35%, dengan sebagian
besar komplikasi melibatkan infeksi, perdarahan, dan gagalnya membuang kulit
kulup yang cukup. Perdarahan dan infeksi ini bisa timbul dari iritasi akibat
gesekan popok dan amonia dalam urine.
Komplikasi sunat yang lebih serius seperti:
- Cedera pada penis. Misalnya fistula uretral, nekrosis penis, dan amputasi sebagian.Peradangan pada bukaan penis (meatitis) dan gangguan yang berkaitan dengan kemih, misalnya meatal stenosis.
- Rasa nyeri saat ereksi ketika sudah dewasa. Hal ini disebabkan terlalu banyak kulit yang dipotong, namun jarang terjadi
- Kemungkinan risiko yang berkaitan dengan masalah kulup. Misalnya kulup gagal sembuh dengan baik, dipotong terlalu pendek atau terlalu panjang, maupun kulup yang masih menempel di ujung penis hingga butuh bedah perbaikan.
Setelah
mengetahui manfaat dan risikonya, bila kemudian Bunda memilih untuk menyunat
bayi laki-laki, penting untuk memerhatikan beberapa hal.
Pastikan sunat dilakukan oleh seorang profesional yang
berpengalaman. Di beberapa daerah, khususnya di kota-kota besar, sunat bisa
dilakukan di rumah sakit oleh dokter bedah maupun dokter anak. Sementara itu
dapat pula dilakukan sunat, baik oleh tenaga medis maupun tenaga non-medis yang
terlatih.
Sunat pada bayi dianjurkan untuk dilakukan pada
minggu-minggu pertama setelah lahir, biasanya antara hari pertama hingga
kesepuluh. Bayi akan ditidurkan telentang dengan tangan dan kaki ditahan agar
tidak bergerak. Setelah daerah penis dan sekitar dibersihkan, maka anastesi
lokal akan diberikan di area tersebut. Kemudian, sebuah klem atau cincin khusus
akan dipasang di ujung penis dan kulup dipotong.(tehnik klemp) bedanya dengan
konvensional/tehnik elecric cauter adalah daerah yang telah dipotong akan
ditutup dengan salep dan dibalut secara longgar menggunakan perban. Biasanya
prosedur ini akan memakan waktu agak lama daripada dengan tehnik klem yg lebih
simple dan cepat prosedurnya karena tanpa dilakukan penjahitan pada penis.
Tips perawatan pasca
sunat/khitan
Prosedur sunat/khitan mungkin hanya sebentar akan tetapi proses penyembuhannya memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari. Selama proses penyembuhan, Ibu perlu :
Prosedur sunat/khitan mungkin hanya sebentar akan tetapi proses penyembuhannya memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari. Selama proses penyembuhan, Ibu perlu :
·
Menjaganya tetap bersih dan kering
Ini merupakan hal utama proses penyembuhan; Ibu harus membersihkan area alat vital si Kecil, terutama sehabis buang air kecil atau buang air besar, dengan air hangat secara perlahan. Jangan menggunakan tisu basah untuk membersihkannya.
Ini merupakan hal utama proses penyembuhan; Ibu harus membersihkan area alat vital si Kecil, terutama sehabis buang air kecil atau buang air besar, dengan air hangat secara perlahan. Jangan menggunakan tisu basah untuk membersihkannya.
·
Gantilah kasa pembalut setidaknya 1 – 2 kali
sehari atau bila basah
·
Seandainya memakai tehnik Klem tidak usah ganti
kasa pembalut karena perawatannya lebih mudah karena Cuma menjaga kebersihan
area genetalia yang diklem dan menjaga tetap bersih dan kering.
·
Klem akan dibuka hari ke 4 – hari ke 10
Segera bawa si kecil
ke dokter bila:
• Terjadi perdarahan hebat / dengan tehnik konvensional biasa terjadi
• Demam (suhu tubuh ≥ 38°C)
• Luka mengeluarkan pus / nanah / tehnik klemp jarang terjadi
• Terjadi perdarahan hebat / dengan tehnik konvensional biasa terjadi
• Demam (suhu tubuh ≥ 38°C)
• Luka mengeluarkan pus / nanah / tehnik klemp jarang terjadi
Ingatlah
Bunda bahwa tidak ada yang salah atau benar dengan keputusan menyunat bayi
laki-laki. Sebelum Ibu dan keluarga memutuskan perlu tidaknya si Kecil disunat
ada baiknya Ibu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, apa sajakah
keuntungan dan kerugian sunat / khitan, bagaimana prosedur operasinya, risiko
apa sajakah yang mungkin terjadi dan seberapa seringkah risiko tersebut
terjadi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar